DARI DEKAT KESEHARIAN PENGABDI PULAU TERLUAR, NUSANTARA SEHAT DI PULAU RUNDUMA


Mengabdi sebagai pelayan masyarakat dengan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) lalu ditempatkan di daerah terpencil dan terluar seperti pulau Runduma. Bagi sebagian warga Wakatobi menjadi momok menakutkan. Kenapa? Sejak dahulu, penempatan maupun mutasi ASN ke pulau Runduma dikonotasikan sebagai sanksi. Namun itu tidak berlaku bagi peserta program Nusantara Sehat, Munika Setiyana (Monica) dan Anna Ashariana (Anna).

DURIANI, WAKATOBI

Monica dan Anna adalah bagian dari angkatan sembilan program Nusantara Sehat yang ditempat tugaskan di pulau Runduma. Jauh sebelum berada di pulau Runduma. Monica dan Anna, sudah siap jika kelak lulus seleksi program Nusantara Sehat bakal mengalami hal – hal terlarang. Mulai dari keharusan beradaptasi dengan kebiasaan warga dan adat – istiadatnya. Hingga keharusan mengalami rindu terlarang. 

Keterbatasan akses untuk berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat dekat di kampong halaman, Monica dan Anna senantiasa mengalami rindu terlarang alias menahan rindu. Hal itu disebabkan sering terjadinya gangguan jaringan telepon celuler di pulau Runduma. 

Satu tahun telah berlalu menjalani masa kontrak di pulau Runduma. Pergerakan dan pergaulan dengan dunia luar bahkan teman seangkatan yang ditempatkan di pulau lain, Monica dan Anna selalu terbatasi situasi dan kondisi. Pulau Runduma dengan luas wilayah 5,1 Km terpisah dari pulau Tomia sebagai pusat pemerintahan di kecamatan. 

Begitu pun dengan pulau Wangi-Wangi sebagai pusat pemerintahan di Kabupaten Wakatobi. Monica dan Anna hanya sebatas mendengar cerita. Selain keterbatasan akses transportasi, jarak 59 Mil dari pulau Runduma ke Wangi-Wangi lagi-lagi membuat kedua gadis imut itu harus menahan semua keinginan untuk merefresh energy dan pikiran. 

Kendati selama menjalani pengabdian dengan merasakan multi keterbatasan, baik Monica mapun Anna selalu semangat, ikhlas dan optimis. Hal itu ditunjang dengan sifat keramahan masyarakat pulau yang dihuni 170 kepala keluarga (KK) itu.

“Meskipun kita mengabdi di  pulau dengan serba keterbatasan, namun kita tetap senang. Masyarakat pulau Runduma luar biasa. Punya sifat gotong royong dan penuh kekeluargaan. Satu hal lagi yang luar biasa, ikannya masih segar-segar,” ungkap Anna Ashariana, saat bincang-bincang  di pulau Runduma, Selasa 27 Oktober 2020.

Dara manis kelahiran Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan 24 tahun lalu itu menaruh harapan besar. Jika kelak pengabdiannya selama dua tahun di pulau Runduma akan menjadi motivator meraih kesuksesan. Pasalnya, dengan kematangannya bertugas di daerah serba keterbatasan akan memberinya arti sebuah perjuangan. 

Anak ke – 4 dari 6 bersaudara  alumnus Universitas Mega Rezky Makassar itu mengatakan pulau Runduma telah mengajarkannya tentang banyak hal. “Andai kontrak kita telah selesai, saya akan kembali mengikuti seleksi program Nusantara Sehat. Pengabdian di pulau Runduma yang jauh dari pusat keramaian, memberiku banyak pelajaran berharga,” kata Anna, sambil melempar senyum.

Hal senada pun dilontarkan Monica. Gadis yang terlihat ramah asal Wonosobo Jawa Tengah itu sesekali melemparkan senyum sembari memandang ke arah laut Banda. Menurut alumni Universitas Harapan Bangsa Purwokerto tersebut. Pengabdiannya di pulau Runduma menjadikannya semakin matang. Jauh dari pusat kota dan memiliki keterbatasan untuk berinteraksi dengan dunia luar, membuat anak bungsu dari dua bersaudara itu mengerti arti kehidupan sebenarnya.

Sama seperti Anna. Monica pun seringkali merasakan rindu terlarang. Semua itu karena keterbatasan akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Namun  perasaan itu perlahan bisa dimenej sehingga tidak menjadi sentral beban pemikirannya. 

Meskipun pulau Runduma memiliki sejumlah nelayan yang kapan pun bisa menghadirkan berbagai jenis ikan segar. Bagi Monica, makanan khas daerahnya seringkali terbayang. Dan itu menjadi beban pemikiran diawal pengabdiannya di pulau Runduma. Saban hari, Monica mulai beradaptasi dengan kehidupan masyarakat pulau Runduma.

“Awalnya sih berat. Pengen selalu makan tahu dan tempe. Mau ga mau harus belajar kehidupan di sini. Pernah juga sih, aku dikirimkan tahu dan tempe dari Jawa,” ucap Monica, sembari tertawa mengenang awal pengabdiannya di pulau tempat berkembang biaknya hewan laut, Penyu.

Meski perjuangan kedua dara manis itu terlihat berat, namun keduanya juga tidak ingin lekas keluar dari pulau yang terletak di laut Banda itu. Kontraknya di program Nusantara Sehat akan berakhir Agustus 2021. Mungkin karena telah terdoktrin kehidupan masyarakat pulau Runduma. Dipikiran kedua wanita lajang itu tidak pernah terlintas rasa bosan.

“Meski mengabdi dengan multi keterbatasan, namun kita sudah terlanjur happy. Pulau Runduma luar biasa. Mengajarkan banyak hal yang belum pernah kami temukan selama ini,” tutup Monica yang diamini Anna. (***)